Sabtu, 17 Agustus 2013

Stay Beside Me




Title      : Stay Beside Me

Author   : @priskah98

Genre    : Romance, Oneshoot

Cast      :
·         Son Naeun [A Pink – Main Cast]
·         Kim Myungsoo [Infinite – Main Cast]
·         Krystal Jung [f(x) – Cameo]
·         Other

Hai hai~ Akhirnya ff ini jadi cuman sehari. Awalnya aku cuman iseng-iseng ngetik di memo. Tapi lama-kelamaan jadi keterusan~ kkk. Ini ff kedua yang ada tamatnya, dari sekian banyak ff yang aku buat ._. Jangan copas atau menjiplak ff ini. Karna ini bikinnya bener-bener niat(?) Oh ya, aku ini MyungEun shipper, jadi wajar kalo castnya Myungsoo sama Naeun ._.v Yang ga suka sama castnya, ga usah dibaca. Daripada ntar nimbulin fanwar antar shipper (y) Oke, happy reading guys~^^

"Kau cantik sekali sayang,” kata-kata itu dilontarkan oleh wanita paruh baya dengan berumur sekitar 50 tahun. Ia adalah ibu dari gadis bernama Son Naeun yang-ia-puji-tadi. Terlihat raut wajah kegembiraan dari wanita itu, akan tetapi berbeda 180 derajat dengan anaknya. Ya. Ada alasannya. Son Naeun, gadis berumur 19 tahun. Masih sangat muda bukan? Lebih tepatnya terlalu muda untuk acara pertunangan, ah tidak, yang pas adalah pertunangan yang diiringi dengan perjodohan.

                Kebanyakan orang pasti beranggapan, masih adakah di jaman yang serba modern ada perjodohan? Kuno. Itu yang ada di benak Naeun saat pertama kali mengetahui kabar tersebut. Berbicara tentang perjodohan, pasti ada si-calon-tunangan. Siapa si-calon-tunangan itu? Naeun sendiri bahkan tak tahu seperti apa rupanya. Bertemu sekali pun saja belum. Gila. Gadis itu hanya mengetahui nama dan pekerjaan si-calon-tunangan. Kim Myungsoo, itu namanya. Pekerjaannya? Tentu saja mahasiswa, sama sepertinya.

                Kini keluarga Naeun sudah menunggu keluarga Myungsoo di ruang tamu. Biasanya, menunggu calon tunangan untuk melangsungkan pertunangan ada rasa tegang dan berdebar-debar. Tapi tidak bagi Naeun. Biasa dan biasa saja, perasaannya.

"Itu mereka tiba," gumam ayah Naeun dengan raut wajah yang gembira dan berseri-seri setelah bel rumah mereka berbunyi. Segera Naeun dan orang tuanya berhambur menuju pintu untuk menemui keluarga Kim.

"Selamat datang. Silahkan masuk Jonghae," pinta ayah Naeun lagi. Dan wajah 2 kali lipat gembira serta berseri-seri. Jonghae? Lelaki paruh baya seumuran dengan ayah Naeun. Ya, ia adalah Kim Jonghae. Ayah dari Kim Myungsoo, dan teman SMA sekaligus rekan kerja dari Son Yongji ayah Naeun.

"Silahkan duduk," kali ini ibu gadis bermarga Son yang berbicara. Sama dengan tuan Son, wajahnya gembira dan berseri-seri.

                Keluarga Kim duduk di sofa berwarna gold yang tentunya milik keluarga Son. Orang tua Myungsoo sama dengan orang tua Naeun. Bahagia. Lantas bagaimana dengan Myungsoo sendiri? Laki-laki itu, tampan dan berkharisma. Pandangan Naeun pertama kali melihatnya. Raut wajahnya sangat datar. Tidak berselera. Dingin. Seperti tidak memiliki jiwa. Itu sisi negatifnya, pikir Naeun.

"Langsung saja ke acara utama. Kami,  dari keluarga Myungsoo sangat merestui jika anak kami-Kim Myungsoo bertunangan dengan Son Naeun," kata tuan Kim.

"Begitu pula kami dari kelurga Naeun merestui jika anak kami-Son Naeun bertunangan dengan Kim Myungsoo," tukas tuan Son.
               
Keadaan rumah menjadi serius. Terlihat dari masing-masing keluarga dan juga para tamu-yang hanya-dari kerabat dekat.

"Sekarang, kau pasangkan cincin untuk Naeun," suruh ayah Myungsoo. Myungsoo mengambil sebuah kotak perhiasan kecil dari saku jasnya. Kotak mungil itu berisi cincin berwarna perak dengan masing-masing bertuliskan inisial M dan N yang dihiasi juga dengan batu berlian kecil. Indah sekali.

Seluruh orang yang ada di rumah besar itu berdiri untuk menyaksikan acara pasang-memasang cincin. Myungsoo berdiri mendekat pada Naeun. Kemudian ia mengambil telapak tangan kanan naeun, jari manis,  dan memasangkan cincin bertuliskan inisial M.

               Kini giliran Naeun. Gadis itu melakukan apa yang dilakukan Myungsoo. Mengambil telapak tangan kanan Myungsoo, jari manis, dan memasangkan cincin. Hanya yang berbeda adalah cincinnya. Naeun memasangkan cincin berinisial N.

                Semua orang bertepuk tangan dan tersenyum bahagia. Apalagi masing-masing orang tua kedua anak muda tersebut, tersenyum sangat bahagia. Lantas bagaimana dengan yang bertunangan? Senyuman bahagia juga namun palsu. Lebih tepatnya senyuman yang dipaksakan.

———————————————————————————————

Sudah 2 bulan sejak pertunangan-paksa itu berlangsung. Kelanjutan hubungan Naeun dan Myungsoo sangat hambar bak layaknya air putih. Tak berasa. Naeun dan Myungsoo masih melanjutkan misi-gila ini demi orang tua mereka. Maklum saja, keduanya memang anak yang penurut. Tidak berani melawan apa yang disuruh oleh orang tua.

Sore ini, Naeun berencana akan membeli sebuah kado untuk temannya yang berulang tahun. Ia membeli di sebuah butik.  Ia ingin memberikan sebuah high heels untuk temannya. Bibir cherrynya tersenyum setelah menemukan barang yang dicarinya. High heels berwarna coklat muda dengan tinggi sekitar 7 cm dengan motif bunga kecil. Cantik. Selera Naeun memang sangat feminim.
      
Ia hendak melangkahkan kaki menuju kasir, tapi terhenti. Keningnya berkerut. Kim Myungsoo? sedang apa dia di sini? Ini kan butik untuk wanita. Itulah yang terlintas di pikiran Naeun. Ia memberanikan berjalan menuju tunangannya.

"Myungsoo? Sedang apa kau di sini?"

Yang ditanya hanya menunjukkan ekspresi malas, "Bukan urusanmu."

"Kau tidak bisa sedikit lebih sopan? Aku ini tunanganmu."

"Tapi aku tidak mencintaimu. Kau bukan siapa-siapaku."

Di tengah percakapan panas itu berlangsung, seorang gadis berambut merah menghampiri Myungsoo, "Myungsoo, siapa dia?"

"Dia tunangan terpaksaku. Kau sudah selesai membayar?"

"Sudah," jawab gadis berambut merah.

"Ayo kita pergi dari sini, jangan pedulikan gadis ini, Krystal," Myungsoo menatap Naeun sinis.

"Myungsoo! Aku ini tunanganmu! Kau berselingkuh dariku?!" Naeun sangat marah akan kelakuan dan ucapan Myungsoo yang sangat kurang ajar.

"Aku tidak peduli kau tunanganku atau bukan. Yang jelas aku tidak menganggapmu siapa-siapaku. Aku hanya menuruti yang disuruh oleh orang tuaku. Urusi urusanmu sendiri," Myungsoo merangkul pundak Krystal dan pergi begitu saja dari hadapan Naeun.

———————————————————————————————

"Aku tidak peduli kau tunanganku atau bukan. Yang jelas aku tidak menganggapmu siapa-siapaku. Aku hanya menuruti yang disuruh oleh orang tuaku. Urusi urusanmu sendiri."

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepala Naeun. Menyakitkan sekali. Kim Myungsoo tidak berperasaan. Kim Myungsoo tidak punya sopan santun. Kim Myungsoo tidak pernah menganggapnya sebagai tunangan. Entah mengapa, Naeun sangat sakit mendengar perlontaran lelaki itu. Air matanya menetes sedikit demi sedikit.
      
Kenapa ia harus menangis padahal ia sendiri tidak mencintai Myungsoo. Entahlah. Tapi perasaannya berbeda jika bertemu atau melihat Myungsoo. Berdebar. Itulah yang dirasakan Naeun. Mungkin ia mulai belajar mencintai Myungsoo, bukan tidak mencintai Myungsoo. Laki-laki itu beruntung bisa dicintai oleh gadis seperti Naeun. Banyak laki-laki yang menyatakan perasaannya pada Naeun, tetapi semuanya ditolak dengan alasan gadis itu sedang tidak ingin berpacaran.
      
       ———————————————————————————————

Hari ini ada pertemuan dan makan malam antar keluarga Naeun dan keluarga Myungsoo. Ya, Myungsoo. Tunangan yang tidak menganggap Naeun. Naeun sangat tidak ingin bertemu dengan Myungsoo. Bukannya ia dendam atau apa karena kejadian waktu itu, ia hanya tidak ingin mengganggu Myungsoo.
      
Saat pintu rumah Myungsoo dibuka, hanya terlihat ayah dan ibunya yang menyambut Naeun sekeluarga. Beruntung. Perasaan Naeun sangat lega. Setidaknya ia bisa lebih tenang saat ini.
      
Keluarga Son diajak oleh ayah dan ibu Myungsoo ke meja makan. Sudah terlihat banyak sekali makanan lezat. Mulai dari makanan Korea hingga makanan khas Eropa. Selera makan Naeun sangat baik karena ia tidak bertemu Myungsoo.
      
Baru saja Naeun mengambil suapan yang ketiga, terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki seseorang yang semakin lama semakin mendekat. What the hell. Kenapa orang itu muncul. Padahal Naeun sudah lega tidak bertemu dengannya. Selera makan yang tadinya sangat bagus, secara drastis turun hingga Naeun sulit untuk meneruskan makannya. Tenggorokannya seperti tercekat. Ia gugup sekaligus gelisah.

"Akhirnya kau datang juga,  Myungsoo. Kami semua sudah menunggumu dari tadi," pinta ayah laki-laki dingin itu.

'Kami semua menunggumu' tapi tidak bagi Naeun. Ia justru berharap Myungsoo pergi sampai Naeun pulang dari rumahnya.

"Maaf appa, tadi aku dari rumah temanku," balas Myungsoo.

'Teman atau pacar. Haha. Kau bergurau Myungsoo', batin Naeun.

"Kau duduk di sebelah Naeun. Kita makan malam bersama," seru ibu lelaki itu dengan ramah. Naeun tidak menyadari jika kursi di sebelahnya kosong. Sementara kursi lainnya sudah terisi. Myungsoo hanya menuruti apa yang diperintah ibunya. Anak yang penurut.

Deg. Jantung Naeun berdebar. Kenapa ia harus duduk bersebelahan dengan laki-laki itu. Myungsoo memakan makanannya dengan tenang dan biasa. Berbeda sekali dengan Naeun. Ia gelisah dan berdebar-debar.

"Setelah makan, kau ajak Naeun jalan-jalan," gumam Tuan Kim.

"Itu ide yang bagus. Supaya kalian bisa lebih dekat lagi," ayah Naeun ikut menanggapi.

Oh God. Sial sekali Naeun hari ini. Rasanya Naeun ingin sekali kabur sekarang. Kabur ke tempat yang jauh  supaya ia tidak menikah dengan Myungsoo. Menikah? Ya. Pastinya setelah adanya pertunangan adalah pernikahan bukan?
      
Myungsoo dan Naeun sudah selesai makan malam. Mereka keluar untuk menjalankan perintah orang tua mereka. Myungsoo berjalan menuju garasi untuk mengambil mobilnya, diikuti Naeun.
      
Terlihat mobil sedan berwarna hitam. Naeun berpikir, tunangannya itu sering sekali menampakkan warna hitam pada barang-barangnya. Penyuka hitam, pikirnya. Namun kenyataan lain, ia senang. Dirinya juga penyuka warna hitam, itu artinya mereka memiliki sebuah kesamaan.
      
Hening dan sunyi. Kedua sepasang tunangan itu tidak berbicara sama sekali. Mungkin canggung. Atau mungkin tidak berselera untuk membuka pembicaraan.

"Sudah sampai. Ayo turun," Myungsoo memberhentikan mobilnya di sebuah taman.
      
       Naeun turun. Lalu ia berpikir lagi sejenak, jika mengajak ke taman tidak usah sejauh ini. Membuang bensin saja.

"Untuk apa kita kemari?" Naeun penasaran dengan rencana Myungsoo. Apa yang ingin dilakukannya di taman.

"Tentu saja untuk jalan-jalan," jawabnya dengan nada datar.

Naeun tidak suka jika Myungsoo mulai berbicara datar padanya. "Aku tahu kalau itu."

"Kalau tidak tahu tidak perlu bertanya. Membuang energi saja."

Menyebalkan sekali ia. Ternyata ada manusia seperti Myungsoo di dunia ini. Naeun tidak menjawab omongan Myungsoo.
      
Myungsoo sedari tadi hanya berjalan lurus. Seperti tidak punya arah lain. Gadis yang bersamanya hanya mengikuti langkah laki-laki itu dari belakang. Naeun ingin bertanya pada Myungsoo, kemana sebenarnya perjalanan lurus ini. Tetapi ia lebih memilih untuk tidak menanyakannya, daripada Naeun mendapat jawaban menyebalkan seperti tadi.

Semakin mendekat, terdengar gemuruh ombak. Langkah Myungsoo terhenti. Naeun juga menghentikan langkahnya. Naeun terkejut. Ternyata Myungsoo mengajaknya ke sebuah pantai, bukan taman. Taman itu hanyalah cover dari pantai ini. Walaupun menyebalkan, laki-laki itu juga sulit ditebak.

"Aku ingin duduk di pinggir pantai. Lepas sepatumu, supaya tidak kesulitan berjalan," Myungsoo menyuruh Naeun untuk melepas sepatunya. Ia tahu jika Naeun memakai high heels? itu artinya Myungsoo mengamatinya dan.....perhatian padanya. Kenyataan kedua yang membuat Naeun senang setelah kesamaan warna favorit.

Naeun hanya menuruti perkataan Myungsoo. Ia melepas sepatunya dan berjalan tanpa alas kaki. Mereka berdua duduk di pasir kering pinggir pantai. Menikmati desiran ombak dan angin pantai di malam hari.

"Dari tadi kau diam saja," Myungsoo membuka awal obrolan sambil tetap lurus memandang arah pantai.

"Aku hanya bingung mau berbicara apa," Naeun mengatakan hal yang sedang ia alami.

"Soal kejadian waktu itu, maaf. Aku terlalu emosi," Myungsoo menyesal atas perlakuannya. Manusia es ini kenapa tiba-tiba jadi mencair. Kenyataan ketiga yang membuat Naeun senang.

"Aku sudah memaafkanmu meskipun kau tidak meminta maaf," Naeun tulus mengatakan itu, ia memang gadis berhati malaikat.

"Oh ya, yang kemarin itu bukan pacarku. Dia hanya temanku. Aku mengantarkannya membeli sebuah hadiah untuk ibunya."

"Kalaupun gadis itu pacarmu, aku tidak marah."

"Benar? Waktu itu ekspresimu terlihat marah saat aku bersama Krystal," Myungsoo tersenyum pada Naeun.

Naeun benar-benar tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran lelaki yang duduk di sampingnya saat ini. Ia barusan tersenyum padanya. Senyum yang menawan. Ketampanannya bertambah 10 kali lipat jika tersenyum. Oh astaga, apa yang dipikirkan Naeun sekarang.

"Aku marah karena aku adalah tunanganmu. Seorang tunangan pasti berhak marah jika melihat tunangannya yang lain bersama seorang gadis yang belum dikenali,” jawab Naeun seadanya.

"Ya. Aku tahu itu, tunanganku."

Myungsoo sudah menganggap Naeun sebagai tunangannya. Benar-benar membuat gadis itu berbunga-bunga. Bibirnya membentuk seulas senyuman gembira.

"Aku akan belajar mencintaimu, Son Naeun."

Deg. Lagi-lagi antung Naeun seakan berhenti. Apa ia tidak salah dengar? Ia tidak bermimpi kan?
      
"Apa maksudmu Myungsoo?" Tanya Naeun pura-pura tidak tahu maksud Myungsoo.

"Aku akan belajar mencintaimu mulai detik ini. Aku akan serius menjalankan pertunangan ini, aku yakin kau gadis yang sangat baik. Orang tuaku pasti tidak salah memilihkan calon istriku."

Kenyataan keempat. Myungsoo belajar mencintainya dan ia bilang Naeun gadis adalah yang baik. Kenyataan keempat adalah yang paling membuatnya senang. Butiran kristal bening dari matanya turun perlahan. Naeun menangis, menangis bahagia.

"Maaf Naeun aku membuatmu menangis," Myungsoo dengan segera membasuh air mata Naeun dengan ibu jarinya. Kedua tangannya memegang pundak Naeun.

"Maafkan aku Naeun, sungguh aku tidak bermaksud membuatmu menangis."

Myungsoo khawatir dan merasa bersalah pada Naeun. Laki-laki itu beranggapan bahwa Naeun sakit hati akan ucapannya. Tapi ia salah. Naeun berhenti menangis, ia tersenyum lebar di sela-sela menghentikan tangisnya.

"Aku menangis bahagia.”

Myungsoo yang mendengar ucapan Naeun ikut tersenyum, lalu ia mendekap Naeun ke pelukannya, "Son Naeun, aku mohon kau juga belajar untuk mencintaiku."

"Sejak satu bulan pertunangan kita, aku sudah belajar untuk mencintaimu, Myungsoo."

"Benarkah itu?" Myungsoo melepaskan pelukannya dan beralih menghadap Naeun. Terlihat matanya sangat berseri-seri mengetahui jika Naeun sudah belajar mencintainya sejak satu bulan setalah pertunangan berlangsung.

Ternyata lelaki yang notabene sudah resmi menjadi tunanga Naeun memiliki sifat luar-dalam yang berbeda. Di luar, Myungsoo terlihat sangat menyebalkan dan dingin. Namun di dalam, ia justru sangat hangat dan banyak akan kasih sayang. Benar kata orang, jangan melihat seseorang hanya dari sisi luarnya. Tetapi lihatlah dari sisi dalamnya.

Naeun menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum menatap tunangannya. Myungsoo balas menatap Naeun dengan senyuman bahagia dan serius tepat di manik mata gadis itu. Laki-laki tampan tersebut memegang kedua telapak tangan Naeun.

"Son Naeun, stay beside me, till the end"

"I will beside you, till the end, Kim Myungsoo."

Myungsoo kembali membawa Naeun ke dalam dekapannya. Mereka sangat bahagia. Myungsoo melepaskan pelukannya. Ia memegang samping wajah Naeun. Lelaki itu mendekatkan wajahnya pelan ke arah wajah Naeun. Semakin lama semakin mendekat hingga jarak mereka hanya 2cm. Sampai akhirnya bibir mereka bertemu satu sama lain. Ciuman pertama dan kebahagiaan bagi kedua insan sepasang tunangan itu.

———————————————————————————————

3 tahun berlalu. Naeun dan Myungsoo sudah menjadi sepasang suami istri. Ya, mereka menikah di usia yang terbilang muda. Dan jangan lupa, tentunya di dalam rumah pasti ada keluarga baru. Benar, mereka telah dikarunia 2 orang anak. Laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki mereka bernama Kim Eunsoo. Sementara yang perempuan bernama Kim Myungeun. Semua nama dari anak-anak mereka adalah singkatan dari nama Myungsoo dan Naeun.
Eunsoo lahir seperti ayahnya, memiliki wajah tampan dan rahang yang tegas. Jika Myungeun, ia berparas cantik nan polos seperti ibunya. Kini keluarga kecil itu hidup dengan harmonis dan penuh dengan cinta di setiap harinya.

——————————————END——————————————

Kamis, 20 September 2012

My Dream


Ini adalah mimpi author (@prisyeong9). Tiba-tiba aja, author pengen nulis mimpi-mimpi author wkwkwk. Author berharap, bisa jadi kenyataan :) Selamat membaca ~

         Semua orang pasti menginginkan impiannya bisa menjadi kenyataan. Begitu pula denganku. Aku ingin semua impianku tercapai. Aku berusaha untuk mewujudkan semua impianku dengan berusaha. Mungkin, jika kalian membaca tulisan ini, pasti akan menganggapku remeh. Kalian pasti berfikir, semua impian-impianku ada  yang tercapai dan yang tidak. Yah, aku tahu itu.
Impian pertamaku adalah bisa mewujudkan cita-citaku. Kalian mau tahu apa cita-citaku? Sewaktu masih di taman kanak-kanak, cita-citaku adalah menjadi dokter. Kata orang tuaku, menjadi dokter itu enak. Kita bisa gampang memperoleh penghasilan dan dokter adalah perkerjaan yang mulia. Maksudnya, kita dapat menolong orang lain yang sedang sakit. Haha, setelah aku berfikir lagi, bakatku tidak ada untuk menjadi dokter. Semasa di sekolah dasar, aku berangan-angan untuk menjadi pelukis atau designer. Itu karena, aku sangat suka menggambar. Kata teman-temanku, gambaran yang aku hasilkan cukup bagus. Aku senang karena dipuji seperti itu hehe.
Tapi aku merubah lagi cita-citaku saat sudah beranjak masuk SMP. Yah, kini aku sudah masuk SMP. Semakin dewasa, aku harus merubah sikapku yang kekanak-kanakan dan manja. Perlahan demi perlahan. Aku sekarang bercita-cita ingin menjadi wartawan atau pembuat animasi. Sejak aku menekuni bahasa inggris, aku jadi ingin mewawancarai artis-artis terkenal yang berada di Korea Selatan. Itu sebabnya, aku ingin menjadi wartawan. Jika pembuat animasi, aku ingin membuat sebuah seni dengan memanfaatkan bakatku. Haha, aku tidak tahu lagi kalau cita-citaku akan berubah di bangku SMA nanti. Yang pasti, ada hubungannya dengan bakat yang kumiliki dan impianku J.
The second dreams. Aku ingin masuk ke SMA yang berstandar internasional. Aku ingin membuat orang tuaku bahagia dan aku ingin membuktikan bahwa aku bisa. Aku ingin meningkatkan kerajinan dan ketekunanku untuk belajar supaya dapat masuk ke SMA tersebut. Aku pasti bisa. Aku pasti mendapatkan nilai yang terbaik untuk dapat masuk ke sana.
Jika aku masuk kuliah nanti, ingin sekali rasanya bisa berkuliah di luar negeri. Aku ingin mengenal budaya luar, khususnya Korea Selatan hehe. Pasti tidaklah gampang untuk keliah di luar negeri. Butuh kecerdasan yang pastinya tidak sedikit. Aku ingin kuliah di salah satu universitas di Korea Selatan atau di Australia. Aku ingin berteman dengan pelajar-pelajar di sana, berbagi ilmu bersama, dll.
Yang ketiga. Seumur hidupku, aku belum pernah ke Korea Selatan. Aku bertekat, semasa hidupku, aku harus bisa ke Korea Selatan. Entah itu kuliah di sana, berlibur, atau yang lain. Aku ingin mengunjungi gangnam, tempat para artis Korea Selatan tinggal. Dan, aku ingin mengunjungi sungai Han yang katanya memiliki air yang jernih. Tidak ketinggalan, aku juga ingin mengunjungi Namsan Tower. Haha, lebih tepatnya aku ingin mengunjungi Namsan Tower bersama orang spesial yang akan mewarnai hidupku kelak. Mencicipi makanan khas Kore Selatan, melihat budayanya, melihat keanekaragaman dan keindahan panoramanya juga salah satu impianku yang ketiga.
Impian keempat, aku ingin bertemu dengan idolaku. Yah, aku menyukai Korea, tentu saja aku juga mengidolakan artisnya. Seperti Super Junior, EXO, SHINee, SNSD, dll. Aku ingin melihat mereka secara langsung. Entah itu bertemu ataupun melihat mereka saat bernyanyi dan menari. Jika aku bertemu mereka, aku tidak akan melupakan pengalaman itu. Aku tahu, mereka pernah datang ke Indonesia untuk konser. Tapi aku tidak menonton konser mereka, karena biaya yang besar dan rumahku yang jauh dari ibukota Indonesia. Aku tidak berani mengatakan pada orang tuaku juga kalau aku ingin menonton konsernya. Aku takut mereka akan memarahiku. Aku juga sadar, mereka sangat sibuk jadi tidak akan mengurus hal-hal seperti itu. Aku hanya bisa bersedih di kamar saat hari dimana para idolaku konser di Indonesia. Yah, aku iri dengan fans-fans beruntung yang dapat menonton konser. Tapi aku juga bahagia karena para idolaku senantiasa menghibur fans-fans Indonesia dengan kegembiraan dan tidak menunjukkan rasa lelah mereka.
Itulah sebagian dari mimpi-mimpiku. Aku tidak bisa mengungkapkan semuanya karena terlalu banyak yang ingin aku capai hehe. Aku berharap, keempat mimpi tersebut bisa menjadi kenyataan dalam hidupku. Usaha dan niat adalah kata kuncinya. Aku harap, mimpi kalian (yang membaca tulisan ini) juga dapat menjadi kenyataan. Certainly, dreams come true if you try it. Fighting ^^9.

Minggu, 02 September 2012

Betting Love [Part 2]


Tittle     : Baetting Love [Part 2]
Author  : @prisyeong9
Genre   : Romance, Friendship, Sad, Family
Cast     : -Lee Sungmin [Super Junior]
              -Lee Jungmin
              -Lee Nahee
              -Lee Nara
              -Lee Hyeka
              -Lee Soonkyu / Sunny [SNSD]
              -Lee Hyukjae / Eunhyuk [Super Junior]
              -Cho Kyuhyun [Super Junior]
              -Wu Yi Fan / Kris [EXO M]
              -Park Chanyeol [EXO K]


Di hari Minggu, aktivitas pagi yang selalu dilakukan Sungmin adalah mengajak Sam, anjingnya untuk berjalan mengelilingi sekitar lingkungan rumahnya. Ia mengambil tali khusus berwarna biru untuk diikatkan di leher Sam. Lalu melangkahkan kaki keluar rumah untuk berjalan-jalan bersama Sam. Waktu yang dibutuhkannya yaitu sekitar 20 sampai 30 menit.
                Biasanya ia hanya jalan-jalan dan tidak mampir ke sebuah tempat. Tapi kali ini, ia terpancing untuk mampir ke sebuah cafe yang menjual aneka macam cappucino yang lezat. Ia mengikat Sam di sebuah tiang agar anjing itu tidak kabur saat Sungmin mampir minum ke cafe itu. Ia masuk lalu duduk di kursi bernomor 7. Dan seorang pelayan menghampiri Sungmin untuk memberi daftar cappucino dan menulis apa yang mau dipesannya.
“Ini daftar cappucinonya,” kata pelayan. Sungmin lalu memilih secangkir Cappucino Tiramisu untuk dinikmatinya.
“Satu Cappucino Tiramisu.”
“Baiklah, tunggu pesanannya datang tuan,” pelayan itu meninggalkan sungmin ke meja pesanan untuk memberikan daftar pesanan Sungmin dan setelah itu kembali bertugas memberikan dan menulis daftar cappucino yang dipesan oleh pelanggan lain. 3 menit berlalu, pesanan Sungmin pun tiba. Secangkir Cappucino Tiramisu yang lezat. Setelah minum di cafe itu, Sungmin menuju pintu keluar untuk pulang. Tetapi, ia tidak sengaja menabrak wanita yang mungkin usianya sebaya dengannya.
“Mianhe,” kata Sungmin sambil membungkukkan badan 90 derajat.
“Tidak apa-apa,” balas wanita itu.
“Hei tunggu,” Sungmin memanggilnya kembali karena ada barangnya yang terjatuh. “Ini barangmu terjatuh,” ia memberikan barang itu kepada si wanita.
“Ah  iya, gamsahamnida,” wanita itu membungkukkan badan 90 derajat sama seperti yang dilakukan Sungmin tadi.
“Gwenchana. Mian, aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi,” pinta Sungmin sambil tersenyum.
“Iya, sampai jumpa,” wanita itu membalas senyuman Sungmin. Saat Sungmin keluar dari restoran itu, ia menggumam pada diri sendiri “Sepertinya aku tidak asing dengan tatapan dan mata itu,”

***
 Bel rumah kelima saudara itu berbunyi. Itu artinya ada yang datang ke rumah itu. Dirumah hanya ada Naau belum pernah merasakan salad ini, karena kami membelinya di restoran baru,” kata Hyeka lagi yang menunjukkan kebanggan tersendiri karena sudah membawakan salad yang belum penah dimakan kakaknya.
“Gomawo Hyeka-ah,” jawab Nahee berterima kasih pada Hyeka.
“Cheonma eonni.” Sesudah mereka bercakap-cakap di depan pintu, mereka masuk ke rumah. Tiba-tiba Nara melihat Kris yang sedang duduk di sofa berwarna gold miliknya.
“Kris? Ada apa apa kau kemari? Mencariku?” tanya Nara heran.
“Ne. Aku mau mengajakmu makan nanti malam. Kau bisa kan?”
“Jam berapa?”
“Jam 7. Aku akan menjemputmu nanti. Hmm, aku mau pamit pulang,”
“Kenapa buru-buru? Pulanglah sebentar lagi saja” kata Nara.
“Ani, aku harus menjemput ayahku di bandara setengah jam lagi. Sampai jumpa nanti malam,” Lalu Kris  juga berpamitan pada Nahee dan Hyeka untuk pulang karena harus menjemput ayahnya di bandara.
“Hati-hati,” pinta Nara tersenyum.
“Ya,” jawab Kris dari jendela mobilnya.
***
 Nara sudah bersiap-siap untuk makan malam bersama Kris. Ia mengenakan gaun berwarna merah hati dengan rambut diurai. Tiba-tiba terdengar bunyi klakson. Sudah pasti itu Kris  pikir Nara. Ia pun lalu turun menuju mobil Kris yang berada di luar rumah Nara. Setelah turun dan munuju mobil Kris, ia membuka pintu mobilnya.
“Aku lama tidak?” tanya Kris.
“Ani,” jawab Nara tersenyum lebar. Mereka menuju restoran yang dirahasiakan Kris. Padahal diperjalanan, Nara sudah bertanya berkali-kali, tetapi Kris hanya menjawab ‘Sudahlah, kau pasti akan tau nanti. Jangan banyak tanya, aku sedang menyetir’.
Mereka berdua pun sampai di restoran mencurigakan itu. Menurut Nara, restoran itu biasa-biasa saja dari luar. Tetapi, saat masuk ke dalamnya, ia kagum melihat ada lilin-lilin yang sangat banyak jumlahnya yang diletakkan hampir di setiap ruang retoran. Lilin-lilin itu juga ada yang diletakkan di kolam renang. Sangat indah bagi Nara.
“Aigoo, aku tidak pernah melihat restoran seindah ini,” kata Nara sambil tersenyum kagum.
“Kau suka?” tanya Kris penasaran sambil tersenyum.
“Tentu saja,” jawab Nara. “Beruntung sekali aku diajak olehmu kesini.”
“Aku mengetahui restoran ini dari sepupuku,” kata Kris bangga. Mereka masih membicarakan tentang restoran itu. Setelah pembicaraan itu selesai, mereka memesan makanan dan minuman. Lalu, mereka makan setelah pesanan datang.

Kris mengantar Nara pulang ke rumahnya. Setelah sampai di depan rumah, Nara berkata, “Gomawo Kris-ah karena sudah mengajakku ke restoran seindah itu. Aku tidak menyangka kau mengajakku kesana. Biasanya aku yang selalu mengajakmu ke restoran seperti itu.”
“Ne, tapi kau tidak pernah mengajakku ke restoran itu.” ledek Kris.
“Aku tidak tau kalau ada restoran indah di daerah itu.”
“Yasudah, aku pulang dulu. Sudah malam,” Kris masuk ke mobilnya.
“Hati-hati ya,” kata Nara pada Kris. Lalu setelah mobil Kris jalan, ia masuk ke dalam rumah untuk istirahat dan tidur.
***
Hari ketiga dimulai, itu berarti sisa waktu tinggal 27 hari. Tetapi kelima saudara kandung itu masih belum mendapatkan pacar. Di hari ini, mereka melakukan aktivitas sehari-hari. Sungmin dan Jungmin bekerja. Mereka berdua bekerja di perusahaan yang berbeda. Sungmin bekerja di Shinwa Group dan Jungmin bekerja di Kyungwa Group. Sementara tiga adiknya, Nahee, Nara, dan Hyeka masih kuliah. Nahee dan Nara kuliah di universitas yang sama, yaitu Seoul University, dan Hyeka kuliah di Inha University.
Mereka berlima sudah ada dihadapan meja makan untuk sarapan pagi. Kali ini, mereka sarapan dengan roti yang dipanggang dan diatasnya ditaburi coklat dan keju. Setelah sarapan, mereka pergi untuk bekerja dan kuliah.
***

                Jungmin sudah merasakan firasat buruk ketika ia mendengar pergantian presdir baru. Di hari pertama, presahaannya? Tunggu Chapter 3 nya ya~~ ^^v



               
                


Love or Hate My Sunbae? [Part 1]



Tittle    : Love or Hate My Sunbae? [Part 1]
Author  : @prisyeong9
Genre   : Romance, friendship, Comedy (dikit ._.v)
Cast      :  -Kim Namjoo [A Pink]
                -Lee Taemin [SHINee]
                -Kim Jong In / Kai [EXO K]
                 -Jung Soo Jung / Krystal [F(X)]





Don’t copas. Ini murni dari pemikiran author sendiri. Happy reading^^

-Namjoo POV-
Yak, sial. Aku berurusan lagi dengan Lee Taemin. Ia sunbae paling menyebalkan di sekolahku. Dia juga termasuk anak OSIS. Dia sangat-sangat membuatku sebal. Hmm.. mungkin karena tindakanku lusa kemarin. Dimana waktu ia mendapatkan tugas untuk mengurus siswa-siswi baru yang akan mengikuti MOS.

~Flashback~
“Perkenalkan, namaku Lee Taemin. Aku yang akan mengurus kalian dalam MOS. Kalian jangan macam-macam padaku. Aku tidak segan-segan akan melalukan suatu hal pada yang berani padaku. Lakukan perintahku dengan baik. Mengerti?” kata anak OSIS yang akan mengurusku dan teman-teman baruku dengan sok. Dari awal bertemu saja, aku sudah tidak suka dengan gerak-geriknya. Tanpa sadar, aku menanggapi perkataannya yang tadi
“hei! Tidak bisa begitu! Kami juga murid di sini. Kau jangan seenaknya saja!” tanggapku dengan tidak terima.
“Kau yeoja tidak tau sopan-santun! Kau tau kan kalau aku SUNBAEmu hah? Bicaramu berani sekali! Lihat saja setelah MOS! Aku akan berikan hadiah spesial untukmu!” Taemin mengeluarkan evil smirknya, sementara aku hanya menyesal atas tindakanku tadi. Aku sangat bodoh. Bodoh sekali. Aku pasrah dan berdoa, semoga setelah MOS  tidak terjadi hal yang menakutkan.
~End Flashback~

Aku berjalan menuju gerbang sekolah setelah bel berbunyi. Tapi sesuatu hal yang tidak aku sukai terjadi. Aku bertemu Taemin di koridor. Oh balak sekali hari ini. Dia melihatku, lalu aku berjalan cepat supaya dia tidak mencegatku. Tapi semuanya sia-sia, dia berhasil meraih lenganku. Aku berusaha melepaskan tapi itu mustahil, kekuatannya lebih besar dari pada kekuatanku.
“Apa maumu hah? Lepaskan aku! Aku mau pulang!” pintaku padanya sambil berusaha melepaskan tangannya dari lenganku.
“Apa mauku? Mauku sangat banyak terhadapku. Kau lupa dengan perbuatanmu lusa kemarin?”
“Tidak, aku tidak lupa. Tapi aku mau pulang sekarang!”
“Hei, tidak bisa seenaknya kau. Temani aku jalan-jalan,” dia menyeret lenganku dengan paksa dan cengkramannya kuat sekali. Sehingga sangat sulit untuk melepaskan lenganku dari tangannya. Aku hanya bisa menghela nafas dan pasrah.
-Namjoo POV End-

-Taemin POV-
Aku sudah merencanakan sesuatu untuk yeoja yang satu ini. Membawanya jalan-jalan. Aku tidak tau mengapa ide itu terlintas di pikiranku. Lalu aku membawanya masuk dalam mobilku dan menuju ke sebuah mall.
“Kau mau membawaku kemana?!” tanya Namjoo dengan gelisah.
“Sudahlah, kau diam saja. Aku tak suka jika kau berbicara terus, membuat telingaku panas,”
“Kau! Subae menyebalkan!”
“Aku bilang diam! Atau tidak, kau akan ku cium,” kataku sambil mengeluarkan evil smirk andalanku wakakakak. Akhirnya dia pun diam.
-Taemin POV End-

-Author POV-
Setelah mereka berdua sampai di mall, Taemin mengajak Namjoo ke tempat olahraga yang ada di mall tersebut. Namjoo sedari tadi hanya bisa memanyunkan bibirnya. Ia masih diam karena takut jika Taemin akan menciumnya *LOL.
“Kita sudah sampai. Tunggu aku sampai selesai baru kau boleh pulang. Aku mau ganti baju dulu, awas sampai kau kabur,” ancam Taemin. Namjoo masih terdiam dan memanyunkan bibirnya. Lalu Taemin menuju ruang ganti pakaian.
“Seenaknya saja orang itu. Kau kira aku pelayan atau pembantumu!” kata Namjoo pelan tapi tetap emosi jiwa sesudah Taemin menghilang menuju ruang ganti.
-Author POV End-

-Taemin POV-
Setelah berganti pakaian, aku segera kembali ke tempat Namjoo. Haha, dia ternyata tidak berani untuk kabur “Anak pintar. Jadilah seperti ini, kau lebih terlihat manis jika begini,” lalu aku meninggalkannya untuk olahraga (fitness).
-Taemin POV End-
-
Namjoo POV-
Astaga, dia sudah kembali dari ruang ganti. Tapi ada yang berbeda darinya, dia terlihat tampan dengan menggunakan kaos tak berlengan. Ya ampun tidak oh tidak. Aku tidak boleh berpikiran yang macam-macam.
“Anak pintar. Jadilah seperti ini, kau lebih terlihat manis jika begini,” gumam Taemin sambil melirikku. Entah mengapa pipiku terasa panas. Mungkin memerah karena kalimatnya tadi! Ada apa denganku, padahal baru kemarin lusa aku bertemu dengannya!
-Namjoo POV End-

-Author POV-
Namjoo sudah satu jam menemani Taemin di tempat itu. Dia mengantuk akibat rasa bosan yang sudah diambang batas. Dia tiba-tiba tertidur di kursi. Taemin yang melihat Namjoo tertidur segera membangunkannya dengan mengaketkan dirinya.
“Hei bangun! Kebakaran! Kebakaran!” Seru Taemin dengan seolah-olah akting sedang ada kebakaran hebat. Namjoo yang mendengar hal tersebut kemudian bangun dengan gelagapan dan gelisah.
“Mwo?! Mana ayo kita keluar dari sini!” dia menarik tangan Taemin menuju pintu keluar.
“Baboya! Aku hanya mengagetimu. Tidak ada kebakaran.”
“Ya! kau ini! Aku kira itu benar!” Namjoo yang dari tadi masih menggegam tangan Taemin pun langsung tersadar dan segera melepaskan genggaman mereka.
“Tidak perlu kau lepas juga tidak apa-apa,” Taemin berkata seperti itu lalu masuk ke tempat olahraga itu lagi dengan meninggalkan Namjoo sendirian. Namjoo juga mengikuti tindakan Taemin sambil memajukan bibirnya dan kesal. Setelah itu, Taemin berganti pakaian dengan seragamnya dan mengajak Namjoo pulang.
-Author POV End-

-Taemin POV-
“Dimana rumahmu?” tanyaku sambil menghidupkan mobil kepada yeoja yang duduk di sebelahku.
“Mengapa kau bertanya itu?” jawabnya dengan cuek.
“Aku mau mengantarmu pulang babo,” kataku dengan datar.
“Oh. Aku tinggal di apartemen dekat Seoul University,”
“Kau tinggal sendiri?” tanyaku lagi sambil mengendarai mobilku menuju apartemen Namjoo.
“Ani. Aku tinggal bersama kakakku,”
“Kau punya kakak?”
“Ne. kalau kau sendiri, punya kakak atau adik?” dia menoleh ke arahku. Aku membalas tolehannya sekilas lalu terfokus kepada jalan yang ada di depanku.
“Aku punya seorang adik. Dia sangat mirip denganku. Ya, memang ku akui dia mirip denganku Tapi aku lebih tampan dari pada dia,” pintaku dengan tersenyum. “Kakakmu masih sekolah?”
“Dia kelas 2 SMA. Lebih muda satu tahun dibanding aku,”
“Adikku juga 2 SMA.”
“Sepertinya dia lebih baik dari kakaknya. Tidak kejam,” yeoja itu membuatku kesal saja.
“Sok tau kau. Sudah sampai, cepat turun,” kita sudah sampai di depan apartemen Namjoo. Apartemen itu terlihat besar dan megah.
“Iya iya aku turun,” dia membuka pintu mobil dan turun dari mobil. “Gamsahamnida sunbae,” Namjoo membungkukkan badannnya tanda terima kasih.
“Ne cheonmaneyo,” aku menjalankan mobil menuju arah rumahku.
Sampai di rumah, aku masuk dan kudapati Kai sedang menonton televisi di ruang tengah. “Kau sudah pulang hyung?” ia menyadari kedatanganku.
“Kalau belum, aku tak akan masuk ke rumah ini,”jawabku datar.
“Aku juga tau kalau itu,” ia melanjutkan acara menontonnya, sedangkan aku naik menuju kamarku yang berada di lantai dua. Di kamar, aku mandi dan beristirahat.
***
-Namjoo POV-
Aku berbaring di atas ranjangku yang berukuran sedang dengan sprei berwarna biru laut serta memandangi laangit-langit kamarku. Tiba-tiba, pikiranku terbesit wajah sunbae menyebalkan itu. Oh sial sekali. Walaupun begitu, dia baik juga. Mengantarkanku pulang, eh tapi tunggu dulu. Dia kan yang mengajakku, dia juga yang harus mengantarkanku. Itu tindakan yang memang diharuskan. Terdengar suara ketukan yang berasal dari luar pintu kamarku.
“Masuk saja eonnie. Tidak dikunci,”
“Namjoo-ya, kau tidak seperti biasanya. Apa ada masalah?” Krystal eonnie bertanya kepadaku, seakan ia tau apa yang sedang kupikirkan.
“Ehm, ne. Masalah sekolah,” gumamku.
“Sekolah? Wae? Ceritakan pada eonnie,”
“Di sekolahku ada sunbae menyebalkan. Dia berbuat seperti itu hanya padaku saja. Itu bukan sepenuhnya salahnya, karna aku melakukan sebuah tindakan bodoh pada saat MOS,” aku menceritakan masalah yang kualami pada Krystal eonnie dengan selengkap-lengkapnya. Krystal eonnie sangat menyimak ceritaku layaknya ada gosip heboh yang sangat ingin diketahui publik.
-Namjoo POV End-

Give a comment please^^ Author ngepost part 2nya agak lamaan ya. Soalnya sibuk hehe. Tunggu kelanjutannya readers^^










Sabtu, 01 September 2012

Betting Love [Part 1]


Tittle     : Baetting Love [Part 1]
Author  : @prisyeong9
Genre   : Romance, Friendship, Sad, Family
Cast     : -Lee Sungmin [Super Junior]
              -Lee Jungmin
              -Lee Nahee
              -Lee Nara
              -Lee Hyeka
              -Lee Soonkyu / Sunny [SNSD]
              -Lee Hyukjae / Eunhyuk [Super Junior]
              -Cho Kyuhyun [Super Junior]
              -Wu Yi Fan / Kris [EXO M]
              --Park Chanyeol [EXO K]


Don't copas. Happy reading^^

Keempat gadis itu sedang duduk termenung di ruang tamu. Mereka sedang mikirkan taruhan yang dibuat Sungmin, kakak laki-laki mereka.
***
Sungmin baru saja pulang dari kantornya. Ketika melewati ruang tamu, ia bertemu dengan empat adik perempuannya yang sedang mengobrol dan meonton TV. Ia baru saja akan menuju tangga, tetapi langkahnya terhenti karena salah satu adiknya memanggilnya.
“Sungmin oppa,” panggil Jungmin.
Sungmin menjawab, “Mwo?”
“Mana wanita yang akan kau perkenalkan padaku? Kau berbohong ya? Pasti kau hanya mengarang cerita yang waktu itu,” kata Jungmin sambil tersenyum evil dan meremehkan.
“Aku tidak berbohong! Hanya saja..” kata-katanya terhenti setelah Hyeka mengatakan, “hanya saja belum dapat.”
“Hei diam kau anak kecil!,”
“Hei aku bukan anak kecil! Umurku sudah 20 tahun! Dasar ahjussi,” gumam Hyeka kesal.
“Apa kau bilang?!,”
“Sudah-sudah! Oppa, kau pasti berbohongkan? Mengaku sajalah pada kami. Umurmu itu sudah tua, tapi masih belum mendapatkan pacar,” balas Jungmin.
“Memangnya kalian berempat ini punya pacar? Tidak kan? Hah? Hah?” kata Sungmin marah sambil melotot. “Hmm, aku punya ide,”
“Ide apa?” tanya Nahee.
“Sebentar, bicaraku belum selesai!” Sungmin melanjutkan kata-katanya, “Begini, jika salah satu dari kita berlima lebih dulu mendapatkan pacar, maka dialah yang memenangkan pertaruhan. Hadiahnya uang 4000 won. Yang kalah harus membayar masing-masing 1000 won. Bagaimana? Setuju atau tidak kalian?” Sungmin menjelaskan panjang lebar.
“Dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu?” tanya Nara kebingungan.
“Dari mana saja, kau bisa pinjam temanmu, memakai uang tabunganmu, atau meminta pada appa dan eomma,” kata Sungmin santai.
“Tapi, berapa waktu yang diberikan untuk mencari pacar?” tanya Nahee.
“Ehmmm.. 30 hari. Besok tanggal 15 januari, berarti batasnya sampai tanggal 14 februari. Bagaimana? Kalian setuju?”
“Okelah kalau begitu. Kami terima taruhan itu,” Jungmin menjabat tangan Sungmin.
***
                Mereka masih memikirkan hal itu. Jungmin menyesal telah menerima taruhan kakaknya. Ia mengaggap dirinya bodoh. Sekarang ia juga bingung harus mendapatkan pacar dari mana. Belum lagi kalau kalah, ia harus membayar 1000 won. Perasaannya tidak karuhan, sama seperti yang dirasakan tiga adiknya.
“Sudahlah, kita tidak usah memikirkan taruhan itu. Lebih baik kalian pergi ke kamar untuk tidur,” Jungmin menyuruh adik-adiknya tidur.
***
                Kelima saudara kandung itu sedang sarapan dengan roti tawar yang diberi selai coklat dan secangkir teh hangat. Kelimanya tidak kuliah maupun bekerja karena hari itu hari libur. Mereka sarapan dengan keheningan. Tanpa ada yang berbicara. Baru kali ini mereka sarapan tanpa suara. Masing-masing tidak ingin melontarkan kata-kata karena masalah taruhan itu.
“Kenapa kalian tidak bicara?” tanya Sungmin memecahkan keheningan. “Pasti memikirkan taruhan itu,” kata Sungmin meremehkan.
“Memengnya oppa tidak pusing memikirkan masalah taruhan itu?” Nara menanggapi.
“Tidak, aku biasa saja. Sudahlah jangan dipikirkan. Waktunya masih lama. Oh ya, aku lupa memberitahu kalian, jika kalian memalsukan pacar maka akan dikenahi denda 6000 won. Jadi, harus asli. Tidak boleh PALSU! Oh ya satu lagi, kalian berpacaran harus karena cinta, bukan karena uang.”
“Aigoo 6000 won?” Hyeka terkejut mendengar perlontaran Sungmin.
“Cinta?” tanya Nahee.
“Yap! 2 kali lipat dari uang taruhan, jadi jangan macam-macam untuk memalsukan pacar ,” kata Sungmin sambil menakut-nakuti adik-adiknya. “Dan jangan lupa, kalian berpacaran karena cinta bukan uang,” Sungmin melanjutakn kata-katanya.
***
Hyeka jalan-jalan di sekitar taman dekat rumahnya untuk menghilangkan masalah taruhan yang mengganjal di otaknya. Ia duduk disebuah bangku taman sambil memejamkan mata, menghirup udara, lalu mengeluarkannya. Menghirup lagi, keluarkan. Hal itu membantunya untuk tetap tenang. Hal yang dilakukannya setelah itu yaitu membeli ice cream yang bisa membantunya untuk sejenak berhenti memikirkan taruhan itu.
“Ice cream rasa vanila satu,” lalu penjual ice cream memberikannya. “Gamsahamnida” kata Hyeka. Lalu ia pulang ke rumah setelah membeli ice cream. Ketika berjalan masih tidak jauh dari taman, ia tersandung batu dan.. hap! Ia dan ice creamnya terjatuh ke tanah.
“Ahhh! Batu sialaaann!” lututnya terluka sehingga sulit untuk berdiri. “aduh, aduh, berdiri saja susah, bagaimana aku bisa pulang? Aigoo ice creamku,” ia menggerutu kesal. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang mengulurkan tangannya pada Hyeka.
“Kau tidak apa-apa?” tanya pemuda itu.
“Kakiku sakit jika dibuat untuk berdiri,” jawab Hyeka.
“Biar aku bantu,” pemuda itu membantu Hyeka untuk berdiri dan membawanya kembali ke taman. “Itu ada bangku, kita duduk di situ saja,” kata pemuda itu sambil tersenyum pada Hyeka.
“Kau duduk disini ya, aku akan segera kembali,” pemuda itu sekali lagi tersenyum pada Hyeka dan meninggalkannya.
“Iya,” Hyeka membalas senyumannya. Setelah ia menghilang Hyeka merasa, perasaannya lain ketika ia melihat senyuman pemuda itu. “Apa yang aku rasakan?” tanyanya pada diri sendiri.
Setelah menunggu selama 10 menit, pemuda itu datang dengan membawa sekantong barang yang Hyeka tidak tahu apa isinya.
“Aku kembali,” kata pemuda itu.
“Kau membawa apa?”
“Oh ini, perban dan alkohol untuk menyembuhkan lukamu,” tanpa basa-basi pemuda itu langsung mengobati lutut Hyeka.
“Omona, orang ini baik sekali,” batin Hyeka.
“Nah sudah, apa lebih mendingan?” tanya pemuda itu.
“Sudah. Gamsahamnida karena sudah menolongku,” Hyeka berdiri dan membungkukkan badan 90 derajat kepada pemuda itu.
“Iya sama-sama. Ngomong-ngmong siapa namamu?”
“Oh aku Hyeka, kau sendiri?”
“Aku Park Chanyeol. Salam kenal,”
“Salam kenal juga.”
“Maaf aku tidak bisa lama-lama. Aku pulang dulu ya Chanyeol-sshi. Gamsahamnida,” Hyeka melambaikan tangan pada Chanyeol. Dan Chanyeol membalas lambaian Hyeka.
***
Nara berdiri termenung di depan jendela Seoul Dance Organisation, tempatnya berlatih dance. Ia memikirkan taruhan menyebalkan itu. Ia tidak tahu akan mendapatkan pacar dan uang dari mana. “Taruhan menyebalkaann!” kata Nara kesal.
“Hei!!” kata Kris sambil mengagetkan Nara.
“Kau ini membuatku kaget saja!” Nara mendengus kesal.
“Mianhae Nara-ya. Oh ya ngomong-ngomong Kau kenapa? Tanya Kris, teman Nara sambil mengerutkan kening.
“Aku bingung bagaimana harus mengatakannya padamu, karena ini masalah yang sangat gila.”
“Hah? Separah itukah?,” tanyanya heran.
“Yah begitulah, yasudah Kris aku pulang dulu. Sampai ketemu di kampus hari Senin,” Nara melambaikan tangan pada Kris.
“Ya, sampai ketemu juga, hati-hati,” Kris membalas lambaian Nara.
***
Nahee melangkah menuju kamar Jungmin. Ia mau menanyakan apakah kakaknya itu sudah mendapatkan ‘seorang’ pacar atau belum. Lalu ia membuka pintu kamar Jungmin.  
“Eonni, kau sudah mendapatkan pacar?” tanya Nahee pada Jungmin.
“Tentu saja belum, kau sendiri?” Jungmin balas bertanya.
“Belum,” jawab Nahee dengan nada sedih.
“Hmm, aku penasaran apakah Sungmin oppa sudah mendapatkan pacar atau belum,” pinta Jungmin tersenyum evil.
“Haha iya, pasti Sungmin oppa belum mendapatkan pacar,” Nahee menanggapi. “Yasudah aku balik ke kamarku, anyeonghi jumuseyo Jungmin eonni.”
“Ne, anyeonghi jumuseyo Nahee-ah.”

Apakah mereka berlima bisa mendapatkan pacar dalam waktu 30 hari? Dan siapakah yang akan memenangkan taruhan itu? Tunggu kelanjutan ceritanya~~ ^^